Mendung tipis pagi ini. Namun begitu kemungkinan hujan deras kecil. Siswa berkumpul di lapangan. Siap menerima pelajaran. Berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Jelas kali ini muncul semangat tinggi. Pertemuan minggu lalu mereka tidak seperti ini. Mungkin saja karena jadwal pelajaran berubah. Sebelumnya mereka kena jadwal jam 9 pagi. Jam segitu lumayan panas.
Kelas diawali dengan berdoa.
Tidak lupa presensi. Hal wajib yang harus diperhatikan. Hanya masalah presensi
saja bisa membuat perbedaan yang signifikan. Secara naluri siswa akan menilai
guru. Dengan menghadirkan presensi maka siswa akan merasa diperhatikan. Belum
lagi keuntungan guru dari presensi. Bisa semakin cepat menghafal siswa.
Bukankan itu juga penting. Semakin guru hafal dengan siswa, semakin mudah untuk
menilai karakter.
Sedikit memberi arahan dan
ngobrol-ngobrol sedikit dengan mereka. Menyampaikan beberapa masalah pertemuan
sebelumnya. Satu bola tidak kembali pada pertemuan seminggu lalu. Tidak menyalahkan
mereka. Meskipun tahu di kelas inilah bola terakhir terlihat. Hanya
menyampaikan ada kelas yang menyimpan bola itu. Menumpuk rasa ingin bergerak
mereka. Istilah bahasa latin jawa yaitu ngimbu.
Semakin mereka ingin bergerak semakin bagus. Jangan langsung dibiarkan bergerak
bebas. Gunakan momen awal untuk mengarahkan. Agar nantinya tujuan akhir dari
pelajaran bisa tercapai.
Menganut sistem pemanasan
dengan permainan. Sesuai dengan naluri dasar manusia. Mereka selalu ingin
bermain. Mencari kepuasan dengan bermain. Berikan permainan sederhana.
Permainan yang bisa memupuk kerjasama. Mengajarkan mereka sabar mengantri.
Baris dua bershaf. Bagi rata
depan belakang. Berikan sedikit provokasi. Atau istilahnya ngompori antar dua kelompok. Selanjutnya terjadi persaingan.
Memanfaatkan rasa bersaing antar kolompok. Lalu terapkan permainan. Siapa cepat
dia menang. Meski hanya permainan sederhana. Akan jadi luar biasa. Muncul
gerakan tak terduga. Ide untuk memenangkan persaingan. Tanpa melanggar aturan.
Inilah yang dicari guru. Teknik problem solving
yang kayaknya sulit didapat dengan mudah. Satu contohnya. Satu kelompok
merapatkan jarak. Dengan harapan memperpendek jarak tempuh lari. Ada lagi,
menghadap miring supaya memudahkan bola berpindah tangan.
Aturan permainan ada dua:
- Bola tidak boleh lepas dari tangan.
- Semua siswa harus menyentuh bola tiap putaran.
Urutan permainan sebagai
berikut:
- Dua kelompok siswa baris berbanjar.
- Paling depan memegang bola.
- Berikan bola kepada teman di belakangnya sampai paling akhir.
- Orang pertama lari ke barisan paling belakang menunggu bola.
- Begitu bola diterima lalu kembali ke posisi awal sambil membawa bola.
- Berikan pada orang kedua.
- Orang kedua memberi bola ke belakang sampai bola berpindah tangan ke orang paling belakang.
- Orang kedua lari sampai paling belakang setelah memberi bola ke belakang.
- Orang kedua tunggu bola di posisi paling belakang.
- Begitu orang kedua terima bola lalu bawa bola sambil berlari.
- Berikan ke orang paling depan.
- Orang kedua kembali ke posisinya.
- Begitu seterusnya sampai orang terakhir.
Biar lebih gampang lihat video
saja.
Jika bisa dimanfaatkan silahkan download pada link berikut:
Rasa persaingan diarahkan ke
hal positif. Satu kelompok menyelesaikan tugas lebih dulu. Kelompok yang lain
merasa tidak terima. Bersikeras untuk sekali lagi bermain. Sebagai guru penjas,
itu hal bagus. Pembelajaran aktivitas gerak berhasil diterapkan tanpa paksaan. Mereka
mau bergerak atas kemauan sendiri. Tinggal diarahkan saja. Berikan fasilitas
sesuai keinginan mereka. Sepertinya ini yang dimaksud dalam kurikulum saat ini.
Kalau tidak salah. Jujur saya sendiri kurang begitu memahami kurikulum. Tapi
berusaha sebisa mungkin memberikan yang terbaik bagi anak didik.
Permainan babak kedua selesai.
Masing masing kelompok merasakan menang. Syukurlah jadi seimbang. Masih saja
mereka minta lagi. Banyak yang tidak terima. Ya ampun. Sudah lebih dari satu
jam pelajaran. Itu hanya pemanasan dengan permainan saja. Sedikit diberi arahan
dan bimbingan. Penerapan nilai yang terkandung dalam permainan. Sengaja
langsung dijelaskan nilai yang terkandung dalam permainan. Karena lebih efektif
bagi mereka. Mudah menyerap apa yang disampaikan guru saat hati masih senang.
Materi inti berikutnya
terlaksana tanpa kendala. Semangat mereka tinggi. Jika sudah seperti itu mudah
sekali untuk mengarahkan proses pembelajaran. Akhirnya tujuan pembelajaran
tercapai. Bukankah itu yang didambakan para guru. Akhirnya jam pelajaran habis.
Sampaikan tanggung jawab kelas mengembalikan bola. Selesai mengajar tidak
langsung ke kantor. Mampir kantin dulu. Minum dan makan beberapa gorengan. Baru
kemudian ke kantor. Benar-benar diluar ekspektasi saya. Bola ketemu lebih
cepat. Bola yang hilang minggu lalu kembali dengan sendirinya. Kumpul jadi satu
dengan bola yang tadi dipakai pelajaran. Tanpa tahu siapa yang mengembalikan.
Yang pasti dari kelas yang barusan diajar.
Beberapa kali mengalami hilang
bola. Dengan cara tersebut selalu sukses ketemu. Memberi kepercayaan dan
tanggung jawab kepada siswa. Mengajar mereka dengan fun. Berinteraksi dengan hati dan perasaan. Sampaikan kendala kita
mengajar pada mereka. Siswa juga manusia. Ada naluri sosial. Membantu jika ada
yang kesusahan. Lebih berefek positif dari pada mengeluarkan nada tinggi. Jadilah
guru yang menyenangkan dalam pelajaran.
(Samuda, 29/8)
Chris.
Belum ada tanggapan untuk "Menemukan Tanpa Mencari"
Post a Comment