Mengadopsi Bola Beracun




Selalu saja kebagian jatah pagi. Tidak bisa diganggu gugat. Jatah itu mutlak milik guru penjas. Beberapa saat setelah membaca surat dan amalan pagi. Satu kelas jam penjas berkumpul di lapangan. Ada raut wajah semangat pada mereka. Ada apa ini?
Setelah berdoa langsung presensi kehadiran. Semua lengkap, semua siap dengan seragam olah raga. Pelajaran akan semakin menyenangkan. Belum mulai aktivitas gerak. Sedang berjalan menuju lapangan sepak bola. Masih penasaran dengan raut wajah semangat mereka. Sepertinya ada yang ingin segera dilakukan. Lempar pertanyaan ke salah satu siswa. “Ada apa kok semangat sekali?”, begitu langsung saya tembak pertanyaan. Salah satu siswa segera menjawab, “Main kayak kemarin pak, ramai”. Masih timbul pertanyaan. Padahal kemarin bukan kelas mereka pas pelajaran penjas.
Rupanya kelas mereka dekat dengan lapangan. Jendela  menghadap langsung ke lapangan. Kebetulan jendela kelas tidak tinggi. Ruang kelas model lama. Bisa melihat langsung ke lapangan. Beda dengan kelas model baru sekarang. Jendela posisi tinggi. Siswa duduk di bangku tidak bisa melihat langsung keluar ruangan. Pelajaran penjas kelas sebelah kemarin sempat mereka lihat. Mungkin beberapa dari mereka tertarik. Atau bahkan semua.
Yang menjadi perhatian yaitu aktivitas permainan. Biasa saya gunakan untuk mengawali pelajaran. Sebelum aktivitas inti. Sederhana sekali, seperti permainan sewaktu saya kecil dulu. Terinspirasi juga oleh tayangan salah satu episode film animasi Upin & Ipin. Pada episode itu Upin, Ipin, dan kawan-kawan bertanding bola beracun. Pertandingan melawan sekolah lain.
Padahal sudah SMA, mereka masih juga pengen bermain. Sengaja saya berikan permainan modifikasi dari bola beracun. Supaya bisa semua siswa bergerak. Salah satu solusi permainan yang bisa dilakukan bersama. Antara siswa putra dengan siswa putri. Mengantisipasi siswa putri biasanya banyak tidak suka bergerak.
Aktivitas peregangan sudah selesai. Beberapa dari mereka langsung berinisiatif menuju lapangan voli. Sesegera mungkin ingin bermain Bola Beracun. Di daerah lain namanya bisa jadi tidak sama. Jadikan garis lapangan voli sebagai batasan. Langsung semua masuk ke dalamnya. Tanpa menunggu lama langsung saja mereka menurut. Sambil cekikikan penuh semangat. Loh, ternyata tidak ada yang memposisikan diri jadi pelempar. Tugasnya di luar lapangan. Melempar sasaran yang ada di dalam. Bagian bawah pinggang targetnya.
Setelah ditawarkan ada juga yang mau jadi pelempar. Empat siswa putra bertugas jadi pelempar. Bergerak bebas selama di luar lapangan. Mengoper ke kawan yang di luar juga tidak dilarang. Boleh jadi itu taktik untuk membuyarkan konsentrasi sasaran. Yang di dalam lapangan boleh menyundul bola. Gunanya untuk menjauhkan bola supaya punya waktu bernafas lebih panjang. Sasaran dibatasi area pinggang ke bawah. Sasaan tidak boleh memukul bola dengan tangan. Belum lama permainan dimulai. Sudah ada yang terkena lemparan. Korban lemparan lalu membantu yang ada di luar. Semakin lama hanyut dalam permainan. Makin banyak yang terkena lemparan.
Hampir 20 menit satu permainan. Masih tersisa empat orang di dalam lapangan. Lemparan semakin sulit mengenai sasaran. Biasanya yang sisa-sisa terakhir merupakan anak yang cerdas dan beruntung. Mampu memanfaatkan situasi. Menggunakan satu bola jelas sulit. Solusinya gunakan bola tambahan. Suasana semakin riuh. Seakan semakin tertantang. Yang di dalam lapangan malah tambah bersemangat. Yang di luar semakin tersulut ingin segera mengakhiri permainan.

Dikepung dari berbagai arah. Konsentrasi mereka terpecah. Pelempar bola menemukan cara jitu. Memecah konsentrasi dengan menempatkan bola pada arah yang berlawanan. Lemparan rendah menyulitkan bola disundul. Akhirnya satu per satu tumbang. Nafas ngos-ngosan, fisik mereka sudah terkuras menghindari lemparan bola. Begitu permainan selesai mereka minta lagi. Yang empat pelempar pertama tadi penasaran. Pengen jadi pemain di dalam lapangan. Demi menjaga semangat mereka saya biarkan satu kali lagi permainan. Dengan hati yang senang saya yakin mereka akan mudah menerima materi pelajaran.

Postingan terkait:

4 Tanggapan untuk "Mengadopsi Bola Beracun"

  1. Pagi bung chrisna hermawan.. boleh saya tau sumber pengetahuan olah raga bola beracun yang anda tampilkan ini... Mohon penjelasan. Atw sumbernya dari film ipin dan upin..?

    ReplyDelete