Pengen Marah!




Sekelumit dunia musik Indonesia. Banyak genre yang beredar. Hanya saja cuma satu yang bikin kesengsem. Bagi saya dangdut merupakan musik paling jos. Banyak versi dangdut yang bisa dinikmati. Satu yang rebel yaitu versi koplo. Ini yang bikin hati tertambat. Dibanding dengan versi yang lain. Sekan memiliki roh tersendiri. Bisa berdiri sendiri. Bahkan jika perlu jadi sebuah genre musik sendiri. Genre koplo, lepas dari dangdut. Menurut saya musik ini merupakan genre paling rebel. Pemberontak baru yang menawan.

Semakin menggila penggemarnya. Merambah belantika musik nasional. Tujuh tahun yang lalu siapa yang kenal Via Vallen.  Sebatas penggemar fanatik koplo saja yang tahu. Salah satunya termasuk saya. Sejak masih belum setenar saat ini sudah suka. Menyabet gelar bergengsi. Sebagai penyanyi dangdut terfavorit dalam ajang SCTV award. Kurang pas sepertinya. Mengingat Via adalah penyanyi pop koplo. Kebanyakan lagu yang dibawakan merupakan lagu pop. Melambung nama berkat keahlian olah vocal dan parasnya yang memang cantik. Ini yang saya suka. Bukan populer karena goyangan erotis.

Beberapa golongan masyarakat gamang  dengan musik koplo. Malah cenderung anti dengan genre musik yang satu ini. Justru yang seperti itu malah menjadikan bertambah populer. Para penggiat musik koplo jadi tambah semangat berekspresi. Semakin banyak variasi koplo. Sebut saja jandhut akronim dari jathilan dangdut. Sebuah jenis musik kesenian tradisional yang dikombinasi dengan ketukan koplo. Coba saja dengar. Musiknya mengalun dan membikin terlena. Ada lagi yang namanya reggae koplo. Kombinasi musik asal Jamaika yang berpadu apik dengan ketukan ketipung. Sungguh nikmat didengar.

Kalau boleh membagi secara  umum, sebenarnya ada dua versi koplo. Yang pertama koplo yang bernuansa pantura. Yang kedua benuansa Jawa Timur. Keduannya memiliki ciri khas yang unik. Sulit untuk dideskripsikan dengan kata-kata. Tapi saya akan coba memberi gambaran perbedaannya. Semoga yang bukan penggemar koplo akan terbantu memahami.

Jenis musik koplo memang memiliki beat yang tinggi. Baik itu yang pantura maupun Jawa Timuran. Koplo pantura cenderung memiliki jenis ketukan bersifat “keras”. Kombinasi ketukan ketipung cenderung monoton. Terutama pada transisi lagu. Semua jenis lagu yang dibawakan diiringi jenis ketukan yang sama. Saya berani bilang koplonya norak dan tidak berkelas. Pengaruh aksen Jawa bagian barat terasa lebih kental. Penyanyi lebih mengedepankan tampilan fisik dan goyangan ketimbang vokal. Berat rasanya untuk menggeneralisasi demikian. Namun kenyatanya sebagian besar seperti itu. Mau gimana lagi. Tidak heran ada ungkapan “merah pantura”. Mohon maaf saja ini. Ungkapan tersebut menjurus ke merah yang ngejreng. Merah terang menyolok mata. Kurang lembut dan tidak kalem.

Koplo Jawa Timuran memiliki lebih banyak variasi ketukan transisi lagu. Jenis ketukan reguler mengalun seiring jenis lagu. Jenis lagu slow dibawakan dengan jenis ketukan tersendiri. Walaupun beat tinggi namun masih nyaman dinikmati sebagai pengantar tidur. Ketukan akan berbeda jika jenis lagu cepat. Ketukannya cepat dan variatif menghiasi lagu dengan rapi. Benar-benar jauh dari kesan norak. Aksen Jawa timur terbalut manis. Mengedepankan kualitas vokal dari penyanyi. Tidak heran penggemar koplo ini merupakan penggemar musik sejati. Bukan sekedar gemar memuaskan mata. Memandang biduan yang berjoget ngolet-ngolet.

Beberapa waktu lalu sempat melihat acara televisi. Ajang pencarian bakat penyanyi dangdut. Dengan embel-embel pantura. Entah apa yang dipikirkan pihak televisi swasta itu. Menurut kacamata saya. Lebih cocok ndak pakai pantura malah lebih bagus. Kalau perlu malah ganti saja judulnya. Tapi biarlah bukan saya juga yang disitu. Mungkin nama pantura lebih menjual. Tapi masa bodo amat. Kenapa malah bahas judul. Jadi emosi sendiri. Saya cuma ingin mengulas salah satu bintang tamu saja.

Bintang tamu saat itu Nella Kharisma. Penyanyi asal Nganjuk. Populer berkat suaranya yang bagus. Ditambah lagi parasnya yang cantik. Sering manggung di seputar Jawa Timur dan Jawa Tengah, termasuk Yogyakarta. Pengiring musik Nella biasanya menganut versi koplo Jawa Timuran. Paling suka lihat Nella bersama OM. Lagista. Kolaborasi mereka ciamik. Punya ikon gerakan unik goyang satu jari ala Nella. Nella Lovers semua pasti langsung bergerak mengikuti. Selama ini belum pernah saya melihat pengiringnya versi pantura.

Yang mengundang memang kurang ajar. Penyanyi koplo Jawa Timuran diundang untuk sebuah acara bernuansa pantura. Jadinya kacau balau. Band pengiring musik ndak tahu estetika musik Jawa Timuran. Lagu yang dibawakan waktu itu judulnya Konco Mesra. Lagu dengan jenis slow-medium dihajar begitu saja. Menerjang tanpa ampun. Seharusnya penuh dengan alunan santai dan mengalir. Jadi rusak suasana lagu. Bisa jadi rusak juga suasana hati Nella waktu itu. Mau tidak mau Nella harus mengimbangi musik pengiring. Harusnya musik pengiring yang mengimbangi penyanyi. Malah jadi sebaliknya. Edan! Saya malu nonton sebenarnya. Penyanyi idola yang selalu tampil luar biasa jadi kelihatan amatiran. Kalau saja ada di lokasi langsung tak tendangi siji-siji musisinya. Emosi lah, dongkol rasanya. Pengen muntap langsung saat itu. Kalau saja saya bukan guru. Tulisan tidak akan sesopan ini. Semua hewan seluruh dunia bisa hadir. Ah, sudahlah! Sekian!
Ggrrrrrr.....!!!!!!!!!!


(Artikel pertama kali dipublikasikan di gurusiana.id)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Pengen Marah!"

Post a Comment